Namun tidak semua yang diawali dengan baik akan menjamin akhir
yang baik, ketika kita tidak bisa serius menjaganya. Akhir yang baik, happy
ending, atau husnul khotimah,
inilah yang akan terkenang sepanjang masa. Boleh jadi kita dalam suatu masa
menjadi bagian episode kehidupan yang “gelap” atau menjadi bajingan (maaf),
tetapi kalau kita mati sebagai orang alim, orang akan mengenang yang terakhir.
Persis ketika naik pesawat, bisa jadi ada turbulensi di angkasa, tapi senyum
dan perasaan lega akan segera muncul ketika pilot berhasil melakukan soft
landing, pendaratan yang mulus. (Baca: Mengukir Sejarah Kehidupan)
Sebaliknya, seorang kyai kalau pada akhir hayatnya menjadi
koruptor, akan dikenang sebagai penilep uang rakyat. Panas setahun dihapus oleh
hujan sehari, begitu kata pepatah. Karena itulah, dalam tradisi kawan-kawan NU,
yang diperingati dalam haul adalah hari kematian kyai. Berbeda
dengan Nabi Muhammad, yang diperingati oleh sebagian kawan kita adalah hari
lahirnya, karena Nabi adalah ma’shum, terjaga
dari berbuat dosa sejak lahir.
Setiap ada kolega yang akan pensiun dengan normal, saya hampir
selalu mengucapkan selamat karena mengakhiri amanah dengan baik, tidak dipecat
atau diberhentikan karena sebuah kesalahan atau pelanggaran fatal. Saya selalu
minta doanya supaya mendapatkan akhir serupa. Begitu juga ketika ada kolega
yang mendapatkan amanah, saya hampir selalu mendoakan supaya mendapatkan husnul
khotimah. (Baca: Sadar atau Tidak)
Awal dan akhir yang baik sangat penting untuk semua urusan. Karenanya,
kita diajari berdoa untuk itu, seperti terekam dalam Surat Al Isra’ ayat 80.
Mari kita selalu berdoa mendapatkan awal yang baik (mudkhola sidqin) sehingga urusan terselesaikan secara
efektif, dan selalu menjaganya sampai akhir (mukhroja
sidqin). Dan, jangan pernah kita sombong dan merasa sanggup
mencapai keduanya tanpa kekuatan penolong (sulthonan
nashiran) dari Allah. Sangat mudah bagi Allah membalikkan kemuliaan
seseorang atau sebuah lembaga menjadi kehinaan. Sekali lagi, mari selalu
berdoa, semoga Allah senantiasa memudahkan kita menjaga amanah yang diberikan
kepada kita. (Baca: Kesibukan, Sikap, dan Prilaku Kita)
Sumber: http://fathulwahid.wordpress.com
Sumber: http://fathulwahid.wordpress.com
Comments
Post a Comment