Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Sosial dan Budaya

Kupu-Kupu yang Cantik

Sebelum bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang cantik, ia adalah seekor ulat. Selama ia menjadi ulat, ia menjadi salahsatu binatang yang lemah dan kecil. Ulat bahkan merupakan makanan dari banyak binatang, sehingga ia harus berjuang untuk tidak dimakan agar dapat bertahan hidup; hal tersebut memperlihatkan bahwa dalam proses kehidupan tidak menutup kemungkinan bahwa ada saatnya seseorang manusia, sama seperti ulat, berada pada fase hina dan lemah, merasa tidak berdaya atau kecil. Biasanya pada fase awal atau pemula walaupun begitu seseorang tetap harus bertahan, berusaha, dan berjuang sekuat tenaga agar tidak “dimakan”, serta bersabar karena fase itu suatu saat akan berlalu juga. Berjalan tiada henti, bukan untuk mencapai keberhasilan tapi melewati halangan dan tantangan. Karena keberhasilan itu pasti adanya, manakala sang pejalan mampu melewati setiap hinaan atau fitnah yang diadakan. Ketika semburat mutiara fajar telah mengintip dibatas malam, itu pertanda sebentar lagi matahar

Awal Dan Akhir Yang Baik

Good starting point , awal yang baik sangat penting sebagai momentum memulai banyak hal. Tanpa awal yang baik akan banyak waktu dan energi yang terbuang. Sebagai ilustrasi, bandingkan aktivitas harian akan terasa ketika senyum menghiasi bibir kita pada saat bangun tidur dan sebaliknya, ketika amarah menguasai kita. Namun tidak semua yang diawali dengan baik akan menjamin akhir yang baik, ketika kita tidak bisa serius menjaganya. Akhir yang baik,   happy ending , atau   husnul khotimah , inilah yang akan terkenang sepanjang masa. Boleh jadi kita dalam suatu masa menjadi bagian episode kehidupan yang “gelap” atau menjadi bajingan (maaf), tetapi kalau kita mati sebagai orang alim, orang akan mengenang yang terakhir. Persis ketika naik pesawat, bisa jadi ada turbulensi di angkasa, tapi senyum dan perasaan lega akan segera muncul ketika pilot berhasil melakukan   soft landing , pendaratan yang mulus. (Baca: Mengukir Sejarah Kehidupan ) Sebaliknya, seorang kyai kalau pada akhir hayatny

Kisah Seorang Nenek Mencuri Singkong Karena Kelaparan

Diruang sidang pengadilan, hakim Marzuki duduk tercenung menyimak tuntutan jaksa PU terhadap seorang nenek yang dituduh mencuri singkong,   nenek itu berdalih bahwa hidupnya miskin, anak lelakinya sakit, cucunya kelaparan... [image: http://www.kaskus.co.id/] Namun manajer PT X** (Y ** grup) tetap pada tuntutannya, agar menjadi contoh bagi warga lainnya.  Hakim Marzuki menghela nafas., dia memutus diluar tuntutan jaksa PU, 'maafkan saya', katanya sambil memandang nenek itu. Saya tidak dapat membuat pengecualian hukum, hukum tetap hukum, jadi anda harus dihukum.   Saya mendenda anda 1jt rupiah dan jika anda tidak mampu membayar maka anda harus masuk penjara 2,5 tahun, seperti tuntutan jaksa PU'. Nenek itu tertunduk lesu, hatinya remuk redam, sementara hakim Marzuki mencopot topi , membuka dompetnya kemudian mengambil & memasukkan uang sejumlah 1jt rupiah ke dalam topi tersebut dan berkata kepada hadirin... "Saya atas nama pengadilan, juga menjatu

Resiko Membentak dan Memarahi Anak

“Tahukan Anda di dalam setiap kepala seorang anak terdapat lebih dari 10 trilyun sel otak yang siap tumbuh. Satu bentakan atau makian mampu membunuh lebih dari 1 milyar sel otak saat itu juga. Satu cubitan atau pukulan mampu membunuh lebih dari 10 milyar sel otak saat itu juga. Sebaliknya 1 pujian atau pelukan akan membangun kecerdasan lebih dari 10 trilyun sel otak saat itu juga.” [image: tribunnews.com] Dari beberapa artikel dan penelitian disebutkan bahwa, satu bentakan merusak milyaran sel-sel otak anak kita. Hasil penelitian Lise Gliot, berkesimpulan pada anak yang masih dalam pertumbuhan otaknya yakni pada masa golden age (2-3 tahun pertama kehidupan, red), suara keras dan membentak yang keluar dari orang tua dapat menggugurkan sel otak yang sedang tumbuh. Sedangkan pada saat ibu sedang memberikan belaian lembut sambil menyusui, rangkaian otak terbentuk indah. Penelitian Lise Gliot ini sendiri dilakukan sendiri pada anaknya dengan memasang kabel perekam otak yang dihub

Mengukir Sejarah Kehidupan

Dalam perjalananku: ke hutan, ke gunung, ke desa, ke kota telah membuat kebimbanganku tentang arti kehidupan di dunia ini. Aku melihat anak-anak, orang dewasa dan juga orang lanjut usia. Aku senang melihat anak-anak bermain tanpa beban, aku melihat para orang dewasa yang terjebak dengan rutinitas pekerjaannya; ada yang ke kebun, ke sawah, ke pasar, ke laut, ke kantor dll. Aku juga melihat para lanjut usia berusaha untuk tetap mengerjakan rutinitasnya untuk tetap bertahan hidup. Kemudian mereka sakit dan meninggal. Dulu aku berpikir dan mungkin teman-teman yang lain akan cukup puas hanya dengan “Lahir - Hidup - dan lalu meninggal”. Dan hanya meninggalkan kenangan kepada orang-orang yang masih hidup tiga baris tulisan di batu nisan: Nama si pulan, Tanggal lahir, Tanggal meninggal. Sesederhana inikah hidup kita? Apakah tidak ada yang lain selain tiga baris tulisan di batu nisan yang bisa kita tinggalkan? Mari kita mengukir sejarah, dengan cara apa? Paling tidak ada 3 hal yang

Mengenali Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif

MENURUT  teori pola asuh, gangguan kepribadian obsesif kompulsif atau sering dikenal dengan sebutan “perfeksionis” muncul karena pola asuh yang otoriter, penuh dengan larangan, kritik, dan celaan atau bersifat memaksa. Pola asuh demikian menyebabkan seseorang berkembang dalam situasi yang tak menyenangkan. Perfeksionis, kata yang sering kita dengar dan kita juga sering mengucapkan atau melabelkan seseorang dengan sifat perfeksionis, karena seseorang itu sangat perfek (sempurna). Apapun yang ia kerjakan ia selalu menginginkan perfek, sehingga terkadang dia tidak mempercayai penyelesaian tugas tersebut kepada orang lain. Jika pun itu harus ia lakukan, seseorang yang ia beri pekerjaan harus juga bisa menyelesaikan pekerjaan tersebut sempurna seperti yang ia lakukan. “Orang yang memiliki sifat perfeksionis, orang yang menginginkan hasil kerja yang ia lakoni atau pekerjaan yang dilakukan bawahannya sesempurna mungkin,” kata psikolog klinis, Dra Hamidah MSi, Sabtu (22/5). Sifat

Sadar atau Tidak

Pernahkah Anda mendengar istilah ‘memplokoto’?. Kalau kita searching di google istilah ‘memplokoto’ berasal dari bahasa jawa yang sinonimnya dipulosoro. Contoh; si Andi ‘memplokoto’ si iwan, itu artinya sadar atau tidak sadar si Iwan telah dipentung dari belakang oleh si Andi walaupun kelihatannya si Andi menolong si Iwan. ( nama Andi dan Iwan hanya ilustrasi ) Kalau kita cermati kejadian senada banyak terjadi di organisasi maupun di lingkungan masyarakat. Telah banyak pembahasan baik di forum resmi maupun tidak resmi tentang kritikan-kritikan tentang suatu kebijakan tetapi tentu saja banyak yang beranggapan ‘kenapa kita ngurusi yang tidak perlu’, mungkin saja topiknya dianggap tidak menarik atau tidak seksi untuk sebagian orang. Pertanyaanya, sadarkah kita telah diplokoto?. Seandainya kita sadar, sudah bisa dipastikan kita hidup dengan keputusasaan atau kita menganggap kita terlalu lemah. Seandainya kita tidak sadar dan kita menikmati pristiwa demi pristiwa, sesungguhnyalah

Kemalasan Sosial Dalam Organisasi

Timbul suatu pertanyaan,  Mengapa ketika semakin banyak orang yang terlibat dalam sebuah organisasi, tidak menjadikan organisasi semakin maju, paling tidak ada kecepatan kemajuan seperti yang diharapkan?. Contoh kongkrit, ketika dosen memberikan tugas kelompok kepada mahasiswa, hasilnya tidak lebih baik dibandingkan tugas individual. Disebuah organisasi, tim yang bertaburan tidak memberikan hasil yang optimal.  Padahal banyak orang mengatakan,  banyak kepala akan lebih baik. Benarkah begitu? Untuk menjawab permasalahan tersebut, kita perlu membaca  buku karangan Rolf Dobelli, The Art of Thinking Clearly.  Disalah satu bab pada buku ini membahas tentang:  WHY TEAMS ARE LAZY .  Jawabanya adalah  social loafing , "kemalasan sosial". Bisa jadi, inilah jawabanya.  Tetapi, kita harus melihat konseptualisasi   social loafing   memberikan jawaban yang imajinatif. Untuk memahami   social loafing , bayangkan lomba tarik tambang berjamaah. Berdasar eksperimen yang dilakukan oleh

Kendali Diri dan Kejahatan Siber

Jika kita mau meluangkan sedikit waktu melirik beragam berita akhir-akhir ini, ada fenomena sosial yang perlu mendapatkan perhatian kita, selain kasus korupsi yang tidak henti, yaitu fenomena kejahatan siber ( cyber crime ). Kejahatan ini maujud dalam banyak bentuk, mulai dari akses tanpa hak ke sistem komputer, pencurian data, sampai dengan penyebaran konten pornografi dan pelecehan online. Sialnya, setiap pengguna teknologi informasi dan komunikasi, terutama Internet dan segala macam   gadget   pengaksesnya, rentan sebagai korban sekaligus pelaku.   Kok   bisa? Saat ini, sebagian besar dari kita, tidak hanya sebagai konsumen konten digital, tetapi juga sekaligus sebagai produsennya. Kombinasi kedua peran inilah yang sering disebut dengan prosumen (produsen dan konsumen) atau   prosumer   ( producer and consumer ). Hadirnya teknologi Web 2.0 dan beragam   gadget   pintar telah memfasilitasi peran ini. Berita pembuatan dan penyebaran video dan foto tidak senonoh oleh siswa SMP

Kesibukan, Sikap, dan Perilaku Kita

Barangkali kita, khususnya yang tinggal di kota, memang terlalu sibuk. Urusan kita untuk kepentingan kita sendiri begitu banyak, sehingga jatah waktu yang 24 jam rasanya tidak cukup. Coba hitung sendiri; berapa jam untuk bekerja mencari nafkah? Berapa untuk olahraga termasuk senam pagi agar kondisi tubuh fit? Berapa untuk rekreasi termasuk “rekreasi dinamis” untuk menyegarkan kembali fikiran yang stress? Berapa untuk kerja-kerja sosial seperti arisan dan sebagainya? Berapa untuk kegiatan-kegiatan organisasi ini itu? Berapa untuk istirahat dan tidur? Lalu membaca koran/majalah, nonton tv dan sebagainya dan seterusnya? Belum lagi jika dihitung ‘kegiatan’ menunggu dalam kemacetan lalu lintas. Jadi umumnya kita memang tak cukup punya waktu untuk njlimeti persolan yang tidak atau tidak segera tampak ada kaitannya langsung dengan kepentingan diri kita sendiri? Kiranya untuk persoalan-persoalan yang seperti itu, ‘partisipasi’ kita cukuplah dengan meramaikan sambil lalu bersam

Korupsi dan eProcurement

Image by:  vimeo.com BEBERAPA  hari yang lalu, Transparency International kembali meliris Corruption Perceptions Index (CPI) 2013 teranyarnya. Dari lima negara terbersih, empat di antaranya adalah negara Skandinavia: Denmark (dengan skor 91), Finlandia (89), Swedia (89), dan Norwegia (86). Negara ‘terkotor’, dari 177 negara yang disurvei, adalah Somalia (8), Korea Utara (8), dan Afganistan (8). Indonesia berada di peringkat 114, naik empat tingkat dari tahun 2012 (118), meski dengan skor yang sama, 32. Konsisten.  Adakah yang aneh? Bukankah dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah menjalankan banyak inisiatif untuk memerangi korupsi? Tetapi menurut CPI ini, nampaknya belum berdampak. Salah satu inisiatif yang menurut saya, berhasil, adalah sistem eProcurement, pengadaan barang/jasa online. eProcurement sangat penting dalam perang terhadap korupsi di Indonesia. Pada tahun 2011, data Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menunjukkan bahwa 80% dari 55.000 pengaduan yang masuk terk

Partai NASDEM Membuat Ponsel "NASDEM Phone"

Selain getol berkampanye, Partai Nasional Demokrat yang lebih dikenal dengan Partai Nasdem ini pun ternyata membuat ponsel pintar (smartphone) yang dipersembahkan sebagai alat komunikasi untuk para kadernya. Smartphone yang dikenalkan pada Kongres Nasdem tanggal 26 Januari 2013 lalu di Jakarta Convention Center ini diberinama “Nasdem Phone’, dan ditawarkan dalam dua model yakni NasDem Phone ND930 dan NasDem Phone ND950. Nasdem Phone ND930 dan ND950 merupakan sebuah ponsel pintar berbasis Android, dan didukung layar sentuh kapasitif multi-touch. Bedanya, ukuran layar sentuh yang dimiliki NasDem Phone ND950 lebih besar disbanding ND930. Selain itu, fitur yang dimiliki NasDem Phone ND950 juga lebih tinggi dibanding ND930. Salah satunya adalah kamera. NasDem Phone ND950 memiliki kamera depan berkekuatan 2 megapiksel dan kamera belakang beresolusi 8.0 megapiksel. Sedangkan Nasdem Phone ND930, kamera depannya sebatas 0.3 MP (VGA) dan kamera belakang berkekuatan 3.2 MP. Untuk koneksi d

Pristiwa Sampang

Kerusuhan yang terjadi di Sampang Madura adalah kerusuhan akar rumput dari seuatu paham yang berbeda antara Suni dan Syiah. Masing-masing pengikut mempunyai pendirian masing-masing yang menyatakan bahwa paham merekalah yang paling benar, sehingga terjadilah tindakan anarkis di Sampang. Banyak yang menilai bahwa pristiwa tersebut hanya perbedaan suatu paham keyakinan/iman, sehingga pristiwa tersebut seharusnya tidak harus terjadi kalau masing-masing pihak mau berdialog untuk menyelesaikan masalah perbedaan tersebut. Ada juga yang menilai bahwa pristiwa tersebut ada propokator yang sengaja untuk membuat keadaan tidak aman.  ---> dst..